Wednesday, January 23, 2013

Part IX: IMHO (In My Humble Opinition)

Dari awal mengenal, me-review dan akhirnya memutuskan untuk membeli HS30 EXR, sudah ratusan jepret yang dihasilkan. Mungkin ribuan dalam kurun waktu +/-3 mingguan.

Mulai dari coba - coba Macro (atau menurut istilah saya Close Up Photography),
Utak atik Close Up Lens Filter,
Lanjut ke bulb-photography,
Loncat ke High-Speed Photography
Mendarat di panning-photography

"Mana yang paling menarik bagi saya ?" Saya pilih Close Up Photography alias CUP.

"Mengapa ?" dengan CUP saya dituntut untuk jalan .. keluar ... untuk mencari objek. Ngak jauh dan ngak bukan harus turun ke lapangan, minimal halaman rumah. Becek, kotor dan digigit nyamuk sudah menjadi teman di lapangan. Pada awalnya berusaha ngejepret bunga - bunga yang ada, lama kelamaan bosan. Mulai bergerak ke objek seperti serangga. Timbul tantangan baru, bahwa serangga selalu bergerak. Bahwa secara naluriah mereka akan curiga dengan kehadiran manusia.

CUP mengajarkan saya untuk tabah dan sabar. Tabah digigitin nyamuk, tahan untuk ngak garuk - garuk. Sabar ketika serangga inceran ngak mau didekatin.

CUP mengajarkan saya tingkat sabar yang lebih dan lebih, sabar ketika cuaca mendadak mendung dan rintik hujan turun yang memaksa saya terbiri - birit cari tempat berteduh. Sabar extra pedas, ketika lagi asik - asik mau nge-jepret tiba - tiba angin bertiup kencang dan ditunggu - tunggu ngak reda. Sabar tingkat extreme ketika serangga sudah berhasil didekatin, pinggang sudah bengkok posisi tangan sudah menjulur sejauh mungkin ... dan dengan santainya serangga tersebut terbang.

CUP memaksa saya untuk kembali berinteraksi dengan alam. Untuk lingkungan Jakarta, ternyata turun ke halaman itu menyenangkan. Selama ini terkungkung di ruangan dengan pendingin udara buatan ... ketika turun ke lapangan pagi - pagi sekali, udara terasa segar.

CUP membuka mata saya, akan keindahan yang tersembunyi tidak jauh dari kita. Keindahan mata seekor capung, keindahan detail sayap kupu - kupu, keindahan detail bagian dalam dari sebuah bunga.

CUP benar - benar memaksa saya untuk intropeksi, agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ketika di lapangan dan berhasil menjepret serangga atau bunga yang saya inginkan maka saya hanya bisa melihatnya melalui layar LCD yang sempit dan terbatas. Sepintas lalu di lapangan nampaknya semua sudah ok. Ketika kembali di hadapan komputer dan semua photo sudah berhasil saya upload, ternyata hasilnya mengecewakan. Tidak tajam, ada bagian yang blur, komposisi kurang enak dlsbg -nya. Yang mana saya tidak bisa seketika turun ke lapangan lagi untuk memperbaikinya. Karena saya yakin, si photo model (serangga atau bunga) mungkin sudah terbang ke lain hati atau berakhir di tangan anak nakal yang hobby -nya mencabuti bunga.

CUP bukan sekedar teknologi. Bukan semata - mata tentang seberapa jagonya saya atau seberapa hebatnya peralatan kamera saya. Lebih dari itu.

Tapi bukan berarti teknik lainnya menjadi tidak berarti. Saya yakin masing - masing memiliki penggemar, yang selalu berusaha untuk lebih dan lebih.

Photography masih banyak yang bisa dijelajahi, seperti misalnya Street Art, Landscape, Building Photography.

So, selamat bersenang - senang dengan kamera anda. Kenali, dalami dan maksimalkan apa yang anda. Jangan melupakan teknis dasar photography. Dan yang terpenting, perbanyak jam terbang, keliling cari objek menarik.

Have Fun! Do you ?

Salam,
Virgani Dhirgacahya

3 comments:

  1. bsk2 turun ke lapangan sambil bawa laptop biar bisa langsung cek di layar lebar,,kalo perlu bawa layar tancep sama proyektor...hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehehehehehehehe sekarang cukup mengandalkan LCD Kamera saja, sudah mulai mengenali si LCD ini ....

      Delete
    2. enaknya...aku msh blm bisa andalin si LCD S4900 berhubung resolusinya "cukup" rendah...liat hasil di LCD kadang langsung puas tapi begitu ganti layar ke laptop ternyata hasilnya msh jauh dr yang diharapkan...wew

      Delete