Friday, November 29, 2013

Epitaph: Damai Dan Pengampunan

Hari ini mendapatkan banyak sekali hal-hal / pelajaran yang terkait dengan Damai, berdamai, mendamaikan dan pengampunan.

Yang aku pahami adalah damai dan pengampunan diberikan kepada mereka yang mau memahami dan mengakui kesalahannya.

Bukan diberikan begitu saja.

Harus ada keterlibatan kedua belah pihak, yang mau memberikan dan yang meminta/membutuhkan.

Yang membutuhkan tidak dapat memaksa untuk diberikan, apabila yang memberikan merasa masih belum tuntas.

Kata maaf adalah penutup, bukan segalanya. Alangkah baiknya apabila maaf diucapkan setelah "memahami", "mengerti", "menerima" dan "melaksanakan" apa yang menjadi pokok permasalahan.

Maaf tanpa "memahami", "mengerti", "menerima" dan "melaksanakan" adalah tidak berarti. Tidak tulus, dan tidak bermakna apa pun.

Orang sering salah mengartikan, ketika terjadi masalah secara spontan sering terucap kata "maaf". Kata yang dilontarkan secara spontan tersebut atau bahkan dari hasil perenungan sesaat tidak lah selalu positif hasilnya, tanpa dibarengi "ketulusan" dan "pemahaman" mengapa harus melontarkan kata "maaf" tersebut.

Orang sering mengganggap begitu kata "maaf" dilontarkan maka seluruh permasalahannya menjadi selesai pada saat itu juga, dan harus dilupakan selamanya.

Lebih cilaka lagi adalah apabila kata "maaf" tersebut dilontarkan ketika telah berada pada posisi "tersudut" atau "terdesak" setelah beberapa waktu, setelah terjadi adu argumentasi. Karena tanpa disadari setiap orang memiliki "ego" untuk "merasa benar" dan memiliki kecenderungan untuk "mempertahankan diri".

Dalam kata "maaf" terkandung pengertian "mengaku" atau minimal "merasa" bersalah. Tidak semua orang dapat merendahkan dirinya dengan "mengakui" atau bahkan "merasa" bersalah.

"Maaf" tanpa kata-kata "tapi" atau "maaf" setulusnya adalah obat paling mujarab.

"Maaf" tanpa ketulusan adalah sebuah kesia-siaan.

Memperlebar masalah menjadi berlarut-larut akan mempersulit "maaf" yang paling tulus sekali pun.

Dengan "maaf" yang dibarengi ketulusan, dipahami apa kesalahannya, dimengerti mengapa harus meminta maaf, menerima bahwa diri kita bersalah dan dilaksanakan (menyadari) secepat mungkin, maka akan menuntun kita menuju pribadi yang lebih baik. Dan "BERUBAH" pada saat itu juga.

Tidak ada alasan "BERUBAH" membutuhkan waktu, bagi pribadi - pribadi yang telah "memahami", "mengerti", "menerima" maka akan "melaksanakan" pada saat itu juga.

Pengampunan dan damai adalah hal indah, bagi seseorang yang berada pada posisi memberikan pengampunan dan damai alangkah eloknya bila tidak terjebak pada perasaan "menang" dan sama - sama mau memberikan pengampunan dan damai atau menerima "maaf" yang tulus secara tulus juga, pada saat itu juga.

Ego merasa benar dan berada pada posisi benar, adalah merupakan perasaan menyenangkan yang sulit untuk dipahami, seringkali menghambat kita untuk dapat memberikan pengampunan dan berdamai.

Indahnya meminta maaf,
Indahnya memaafkan,
Indahnya pengampunan,
Indahnya berdamai.

Tetapi ingatlah, ketika maaf dan memaafkan telah dilakukan masih ada konsekuensi atau tanggung jawab kedua belah pihak yang tidak dapat dihindarkan.

Memaafkan bukan berarti mengganggap masalah itu tidak pernah ada, dimaafkan bukan berarti terhindar dari konsekuensi tanggung jawab.

Berat sekali memaafkan secara tulus karena harus berani melupakan. Dan tidak pernah mengungkitnya sebagai hutang piutang.

Berat sekali meminta maaf secara tulus karena harus berani mempertanggung jawab kan. Dan berani untuk tidak mengulanginya lagi.

Memaafkan, meminta maaf adalah proses pembelajaran yang paling berat dalam hidup saya.

Satu hal yang saya sendiri tidak yakin, apakah sudah saya meminta maaf secara tulus? Untuk setiap kesalahan yang pernah saya lakukan? Atau kah masih terselip pembenaran di dalamnya?

Apakah sudah saya memaafkan secara tulus? Atau lebih memilih untuk memelihara perasaan senang di dalam hati melihat orang bersalah?

Jakarta, 6 Oktober 2013.

Thursday, November 28, 2013

Epitaph: Menikah lah!

Ada banyak cerita haru biru mengenai drama percintaan, yang lebih sering berakhir dengan derai air mata kesedihan dan penyesalan daripada derai air mata kebahagiaan.

Orang bijak sering mengatakan: Menikah lah, dengan seseorang yang mencintai diri kita. Jangan lah menikah dengan seseorang yang kita cintai.

Pengalaman hidup banyak orang dapat diambil inti sarinya mengenai pasangan hidup kita:
* Temukanlah pasangan hidup yang se-Iman,
Karena dengan Iman yang sama, maka segala permasalahan yang mungkin kelak akan kita temui akan menjadi lebih mudah disatukan dalam bahasa doa yang sama

* Temukanlah pasangan hidup yang dapat merubah kita menjadi lebih baik. Dari seorang pemalas menjadi seorang yang rajin, dari seorang yang meninggalkan Tuhan menjadi seseorang yang rindu akan Tuhan,

Karena sering kali dalam proses mencari pasangan hidup, seseorang akan tertarik kepada kita karena segala hal yang melekat pada diri kita yang bersifat phisik. Dan membutakan mata nya terhadap kelemahan dan keburukan kita. Cari lah seseorang yang berani dan jujur mengatakan kelemahan kita apa, dan memberikan solusi agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lah terpukau pada seseorang yang hanya mencintai kulit kita, karena kulit kita suatu saat akan layu. Mereka yang menyukai kulit kita cenderung akan menjauhkan kita dari keluarga kita, cenderung akan mendiamkan segala keburukan kita

* Temukanlah pasangan hidup yang mau menerima diri kita dan keluarga kita, dengan segala kebaikan dan keburukan yang melekat pada diri kita maupun keluarga kita,
Tanpa disadari pasangan hidup kita adalah seseorang yang akan mendampingi kita seumur hidup sesuai dengan Janji Pernikahan agama Katholik.

Dalam proses mengarungi perjalanan hidup tersebut, tidak akan terlepas dari masalah yang timbul dari kedua belah pihak keluarga. Entah itu anggota keluarga yang cacat, mengalami musibah dan hal - hal buruk lainnya.

Mau memperjuangkan keluarga kita untuk mendapatkan nama dan tempat yang lebih baik di masyarakat, karena kita adalah mahluk sosial yang hidup bermasyarakat.

* Temukanlah pasangan hidup yang mau diajak berbagi, terutama berbagi masalah.
Terutama masalah keluarga kita, yang mau jungkir balik ikut memikirkan dan mencari solusi untuk setiap masalah yang dihadapi oleh keluarga kita,

Jangan sekali - kali mencari pasangan hidup yang hanya mengajak kita untuk bersenang - senang saja, karena hidup bukan lah hanya bersenang - senang saja

Lebih sering hidup ini lebih banyak adalah penderitaan dan perjuangan

* Temukanlah pasangan hidup yang menjaga harga diri kita,
dan kalau perlu meninggikan harga diri kita. Berani memperjuangkan diri kita, bahkan pada saat terpuruk sekali pun berani pasang badan, bukan malah bersembunyi atau berpura - pura mengalah demi cinta walau pun sebenarnya yang terbaca adalah sikap yang pengecut dan membiarkan diri kita sendiri berhadapan dengan masalah tersebut.

Pasangan yang sejati akan menempuh segala resiko, termasuk berhadapan dengan keluarga kita. Berdiri tegak membela kita.

Apabila kita sedang terpuruk, maka ia akan selalu mendampingi kita dan berdiri di depan kita.

Apabila kita sedang jatuh karena tidak memiliki uang atau pekerjaan, maka ia akan selalu membesarkan semangat kita dan tanpa lelah mengatakan "Kamu pasti bisa!"

Ingatlah, tubuh kita yang sexy .. kulit kita yang halus, kecantikan wajah kita akan tergerus oleh waktu yang kejam. Yang tanpa mengenal perasaan akan memunculkan kerut - kerut di kulit kita, menumbuhkan uban di rambut kita, yang akan membungkuk-kan punggung yang paling tegap sekalipun, yang suatu saat untuk berjalan saja kita akan kesulitan dan bahkan mungkin akan merangkak atau hanya bisa berbaring saja di tempat tidur.

Waktu yang kejam yang akan merubah tubuh kita yang sexy menjadi gemuk dan gendut, yang akan mengendurkan payudara wanita, yang akan mengkusamkan kulit kita yang halus.

Celaka lah! apabila kita menemukan pasangan hidup yang hanya tertarik kepada semua bentuk daging tubuh tersebut. Karena seiring waktu, maka apabila bentuk daging tubuh tersebut berubah maka akan berubah pula lah rasa cintanya dan berpaling kepada daging tubuh yang lebih segar.

Dan berbagia lah, apabila kita telah menemukan sosok seperti itu. Sosok yang berani mengatakan hal - hal yang tidak ingin kita dengar tentang keburukan diri kita,

Sosok yang berani menunjukkan kalau kita salah dan dengan sigap mengulurkan tangannya agar kita tidak semakin jauh terjerumus,

Pada saat berpacaran buka lah mata kita lebar - lebar, dan setelah menikah tutup lah mata kita rapat - rapat. Agar pada saat pacaran tidak terjerumus ke pergaulan bebas karena kita menutup mata kita rapat - rapat

Agar setelah menikah, kita tidak ribut soal pasangan kita. Terutama keburukannya yang tidak tampak karena sewaktu pacaran kita menutup mata kita rapat - rapat.

Berpacaran lah sebanyak mungkin, tetapi menikah lah satu kali. Uji lah dengan banyak masalah sewaktu berpacaran, dan nilai lah harga dari pasangan kita terhadap masalah - masalah tersebut.

Jangan mau mendengar kata - kata manis penuh dengan bujuk rayu sewaktu berpacaran, karena itu akan melenakan kita dan membuat mata kita tertutup dan otak kita terkunci. Dan kita akan membabi buta melihat dunia, orang lain bahkan keluarga sebagai ancaman, sebagai penghalang kita untuk berbahagia. Karena bujuk rayu kata - kata yang manis itu sudah memabukkan kita.

Ingat, segala sesuatu yang manis itu akan memabukkan. Sedangkan segala sesuatu yang pahit itu akan menyembuhkan. Kebenaran dan kehidupan dunia nyata itu amat sangat melelahkan, sedangkan dunia gemerlap dan hura - hura itu selalu menyenangkan. Tetapi dalam segala kepahitan itu tersimpan jalan yang terjal dan berliku - liku tidak ada mulus nya sama sekali, jalan menuju kebenaran. Sedangkan dalam kemanisan selalu tersimpan jalan yang mulus, lebar dan menyenangkan menuju kehancuran.

Ingat, setan selalu membujuk rayu manusia agar tersesat dan menemaninya.

Tuhan memberkati.

Monday, November 25, 2013

Epitaph: Kelas Katekumen

Gara2 ikut katekumen secara intens, ngunjungin biara Canossa segala kok ya jadi banyak dapat pencerahan :)
"Dalam Nama Bapa dan Putera ...... dan Roh Kudussssss"
"Amieeeeeeeennnn" ... para umat menyahuti sapaan tersebut
Kemudian disambung lagi dengan sapaan
"Selamat pagi saudara - saudari ku yang terkasih" ....

Itu adalah sapaan pembuka misa setiap hari Minggu, pembukaan yang apalagi kalau dulu dibawakan oleh Rm Maryono (Romo Paroki Gereja SPMR yang sekarang sudah pindah ke Semarang) kok ya bikin hati jadi sejuk nyesssss.... Paling sebel kalau sapaan sakral pembuka misa tersebut dibawakan oleh Romo yang suaranya cempreng atau datar ... garing lah istilahnya.

Hampir - hampir mau menangis, begitu sederhana sapaannya .. dilantunkan dengan suara yang khas dan nada yang khas plus mata mengantuk si Rm Maryono. Bikin hati tergetar setiap kali mengikuti misa.

Sering tanpa sadar ditempat kerja atau di kedai saya suka menirukan sapaan tersebut, dan suka diketawakan sama Ibu Suparingin yang cengar - cengir melihat tingkah laku saya. Gpp, orang ngak ngerti apa yang saya rasakan .. nikmatnya mendengar sapaan tersebut.

Begitu dalam maknanya, bagi saya pribadi. Entah bagi orang lain.

Ada lagi yang saya suka dari Misa Ekaristi (moga - moga ngak salah istilahnya), yaitu ketika pembacaan Kitab Suci oleh Romo sudah selesai. Kalau ngak salah sambil mengacungkan Kita Suci yang besar itu tinggi - tinggi di atas kepalanya si Romo ngomong:

"Inilah injil Tuhan........."
"Berbagialah mereka yang mendengar dan tekun melaksanakannya"

Lagi - lagi mau nangis, mengingat betapa sering saya menyepelekan hal - hal yang ada dalam Kitab Suci tersebut. Atau hanya sebatas menjadi pajangan status di FB atau di BB atau kurang lebih, seringnya cuman numpang lewat doank. Sering kali dibiarkan berdebu dan tergeletak begitu saja.

Bener juga ya, kalau didengar dan tekun dilaksanakan pasti membawa keselamatan.

Makanya pikir punya pikir, dari jaman nenek moyang kita kesana kemari nenteng tablet dari batu made in Cisadane (asal batunya), nulis di atas batu sampai sekarang nenteng tablet made in China, sumber penyesalan cuman ada 4:
1. Tidak mendengar,
2. Mendengar tetapi tidak memahami,
3. Memahami tetapi tidak menerima,
4. Menerima tetapi tidak melaksanakan,

Oleh karena itu di militer ada jargon atau teriakan "Siap Ndan!!! Dimengerti, diterima dan dilaksanakan!" sambil dada dibusungkan sepenuhnya dan berteriak sekencang - kencangnya ... terkadang sampai muncrat air liurnya untung si Komandan rada jauh berdirinya, untuk menunjukkan kesungguhan / kebulatan tekad.

Nyesel itu emang selalu belakangan, katanya kalau dimuka namanya pendaftaran.

Masalahnya sekarang kita lagi berada di posisi mendaftar untuk menyesal -kah ?

Padahal di setiap misa sudah diingatkan ... Moga - moga ngak jadi seperti saya, yang rasanya telaaaaat sekali untuk menyadari keindahan tersebut. Moga - moga Tuhan masih mau denger saya ....

Berbahagialah mereka yang tumbuh dengan orang tua yang lengkap dan keluarga besar yang hangat, dalam Iman Katolik. Sungguh! saya iri dengan mereka ... tapi semoga saja tidak terlambat bagi saya pribadi untuk ikutan bertumbuh.
GBU

Salam,
Virgani Dhirgacahya

Sunday, November 24, 2013

Epitaph: Kelas Macro

IMHO, setelah mengamati banyak photo2 dengan genre MACRO rasanya saya bisa menarik kesimpulan secara pribadi tentunya. Bahwa photograpy macro terbagi dalam beberapa "jurusan" atau "kelas". Dengan gaya bahasa dan istilah sendiri saya coba mengklasifikasian "jurusan" atau "kelas" tersebut. Please welcome any suggestion and or comments.

1. "Jurusan" atau "Kelas" Kuno / kolot. Dicirikan dengan subjek atau POI -nya mendominasi hampir keseluruhan frame. Yang motret seperti ini, senang melihat serangga (pada umumnya) secara keseluruhan atau mendetail

2. "Jurusan" atau "Kelas" Komposisi. Dicirikan dengan subjek atau POI -nya tidak mendominasi frame. Unsur lain ditambahkan seperti misalnya bunga atau ranting atau objek lainnya. Sangat memperdulikan komposisi dan tonal (background) yang dihasilkan. Juga untuk memperkuat komposisi biasanya ditambahkan moment dari si subjek (lagi makan, mating dll).

Kemudian selain "jurusan" atau "kelas" tersebut, ada juga aliran yang cenderung mengikuti gaya si photographer dalam hal menghasilkan photonya. Yang satu lebih seneng blusukan ala Jokowi, entah ke alang - alang dan pekarangan tetangga. Yang satunya lagi lebih senang menciptakan momen yang diinginkan sesuai dengan daya khayal dan imajinasinya. Satu dikenal dengan istilah "Nature" satunya lagi "konseptual".

Secara pribadi, saya mengagumi konseptual. Mengagumi daya imajinasi yang dimiliki oleh mereka dalam hal mereka ulang, baik dari segi environment / lingkungan maupun moment yang diinginkan. Apalagi kalau sampai menggabungkan 2 objek macro (2 jenis serangga berbeda). Belum terpikirkan bagaimana caranya mereka bisa melakukan hal tersebut.

"Jurusan" atau "kelas" terakhir menurut saya adalah Extreme Macro, ini sudah super kolot super kuno dan super mahal peralatannya plus mungkin 99% dilakukan secara konseptual. Contoh photonya sudah jelas, menampilkan bagian anggota tubuh tertentu dari si subjek (umumnya serangga) dengan ketajaman secara merata. Misalnya wajah dari seekor lalat akan terlihat jelas dan tajam sampai ke bagian sunggutnya.

"Extreme Macro" biasanya dilakukan terhadap serangga yang sudah mati, karena akan sulit melakukan focus-stacking terhadap serangga yang masih hidup. Focus-stacking diperlukan untuk menjepret bagian tertentu dari serangga tersebut, misalnya wajahnya, dengan posisi kamera yang tetap tetapi focusnya berpindah - pindah. Menghasilkan puluhan atau ratusan photo yang kemudian akan digabung jadi satu .. dan hasilnya ? Edunnnnn!! cakepnya!! seneng lihatnya, tetapi susah bener bikinnya

Untuk jurusan "kolot" atau "kuno" cenderung photo2nya akan beraneka ragam macam serangga. Tidak memperdulikan moment yang penting dapat mengkoleksi beragam macam jenis serangga (photonya).

Untuk jurusan "komposisi" biasanya POI -nya membosankan, itu - itu saja. Serangga yang umum ngak jauh - jauh dari kupu - kupu .... mantis .... capung ... termasuk capung jarum.

Untuk jurusan "kolot" semakin aneh serangganya semakin memuaskan, ada kepuasan tersendiri menemukan 1 jenis serangga yang belum pernah dipotret. Ada perlombaan menemukan serangga baru ... senang melihat koleksi dari aliran ini, membuka cakrawala dan menambah ilmu pengetahuan. Dari jurusan ini jadi tahu adanya largest planthopper, mantis fly, scorpion fly, lantern bug dst - nya.

Untuk jurusan "komposisi" semakin joss momentnya, semakin bagus tonalnya, semakin indah terlihat akan semakin memuaskan. Jadi bila melihat deretan macro komposisi, kita akan menilai isi frame keseluruhan. POI -nya ? yaitu lagi itu lagi.

Secara iseng, secara pribadi dalam hal menilai macro komposisi komentar saya: bagus ya tonal nya, bagus ya komposisinya, bagus ya rantingnya dst -nya

Apa pun itu, saya pribadi menyukai macro photography. Menyukai serangga, menggagumi kehidupan serangga dan detail dari serangga tersebut yang tidak dapat saya lihat dengan mata telanjang.

Kamera pocket atau KIT pun sudah bisa menghasilkan photo macro kok, asal tidak memaksakan dan jeli memilih objek. Objek berukuran besar (2cm s/d 6cm) seperti robbery fly, belalang, kupu - kupu, capung pasti bagus hasilnya. Dan menjurus ke "kelas" atau "jurusan" komposisi.

Anyway anyhow, seperti halnya kopi .. mau pahit .. mau dicampur susu .. mau dicampur gula, mau manis seperti kolak ... atau bahkan dikasih creamer .. semua sah - sah saja dan masih disebut kopi. Your coffee is your way, your picture is your way too.

Saturday, November 23, 2013

Epitaph: Macro Photography

Photography Macro itu buat saya adalah:

Eksplorasi, menjelajahi tempat - tempat yang baru. Menemukan objek - objek yang baru dan belum pernah saya lihat. Terkadang frustasi kalau gagal menangkap moment. Adrenalin jadi terpacu untuk datang dan datang kembali berharap bertemu lagi dengan objek yang dimaksud dan dapat meng-capture dengan baik (ngak OE, ngak UE, pose OK dlsbg -nya). Menyebalkan dan membosakan melihat pengulangan objek itu lagi - itu lagi.

Interest, apabila bisa menangkap detail dari objek - objek tersebut. Mengabaikan segala hal yang berhubungan dengan tonal dan background maupun komposisi.

Magnification dan sharp detail, mencoba melihat sesuatu yang tidak terlihat. Entah itu bulu - bulu halus, bagian - bagian tubuh tertentu, cakar tersembunyi, yang selama ini dengan mata telanjang tidak dapat terlihat malah lebih sering diacuhkan.

Tantangan, bagaimana mensiasati keterbatasan gear (sensor kecil), bagaimana mensiasati pencahayaan. Bagaimana mensiasati keterbatan.

Belajar, belajar dari photo2 yang masuk ke dalam kriteria saya. Belajar dari senior - senior dengan gear mereka, tehnik mereka, kesabaran mereka, passion mereka. Semangat dan gairah untuk memberikan sesuatu yang baru, sesuatu yang detail. Bukan sekedar untuk mendapatkan apresiasi.

Sharing, terutama soal pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan tentang objek. Bukan tentang gear, bukan tentang tehnik. Karena gear dan tehnik kembali ke selera masing - masing.

Inspirasi, thanks untuk para senior maupun rekan2 yang telah menginspirasi saya. Entah itu dengan ide, tehnik dan terutama dengan penemuan objek - objek baru yang belum pernah saya lihat.

Thanks, untuk para rekan - rekan dan terutama para serius-ers yang telah membimbing saya. Memberitahukan ID dari objek yang berhasil saya temukan. Menambah wawasan dan elmu.

Friday, November 22, 2013

Epitaph: Lugu

“Terhadap sesama manusia, mungkin semua orang, termasuk saya bisa membungkus kemunafikan ke dalam sebuah kemasan yang sangat lugu. Tetapi kepada Allah, siapapun tidak bisa berbohong. "
Dapat kutipan yang bagus, saya lupa sumbernya dari mana.

Jangan bermain - main dengan Tuhan, di duniawi kita dapat membungkus semua kejahatan kita dengan senyum yang manis, muka yang putih bersih, baju bagus, harum parfum semerbak, sopan santun.

Thursday, November 21, 2013

Epitaph: Bujuk Rayu Kata - Kata

Dear all,

Di zaman sekarang ini, sering kita mendengar tentang adanya kemerosotan atau degradasi terhadap norma - norma kesusilaan, kesopanan dan mulai menipisnya nilai - nilai agama.

Seringkali juga orang sering mencari pembenaran terhadap apa yang dilakukannya ke dalam Kitab Suci. Dimana yang seharusnya kita berpegang pada nilai - nilai kebenaran yang ada, bukan mencari pembenaran. Contoh paling aktual adalah para koruptor, yang sering kali berpenampilan rapi bin jali plus alimnya minta ampun. Mensedekahkan sebagian dari hasil korupsinya karena ada jargon "sedekah membersihkan harta".

Degradasi norma - norma juga bisa dan sering kali terjadi karena pengaruh fashion atau mode melalui media televisi atau melalui tontonan gratis di mall - mall.

Misalnya:
Pada masa tertentu tattoo dianggap sebagai simbol pemberontakan. Dan masa ini terjadi pada tahun 70-90 -an. Dimana pada masa itu sedang terjadi gerakan hippies di Amerika. Dimana segala hal yang dianggap tabu didobrak dan dilanggar sebagai simbol pemberontakan. Terutama dipengaruhi oleh perang Vietnam yang banyak ditentang, dan para penentangnya disebut sebagai kaum hippies.

Atau pada budaya tertentu, misalnya Dayak, tattoo dianggap sebagai ritual u menunjukkan status derajat atau simbol - simbol tertentu, misalnya berapa kepala yang sudah dipenggal.

Atau pada budaya kaum Yakuza di Jepang, tattoo dibuat u menunjukkan identitas kelompok dan juga bisa sebagai penanda derajat kedudukan di dalam kelompok. Misalnya tattoo air mata di mata sebelah kiri, menunjukkan penyesalan karena anggota Yakuza tersebut telah membunuh seseorang, bila ada tattoo tersebut maka pastinya derajatnya di kelompok Yakuza cukup tinggi (note: Yakuza, kelompok mafia Jepang).

Tetapi sekarang, tattoo dianggap sebagai bagian dari mode / fashion. Dianggap keren dan cool. Sehingga sering kita melihat orang - orang (co dan ce) yang dengan bangganya memamerkan tattoo mereka. Tanpa memahami akan konteks sejarah dari tattoo itu sendiri.

Padahal norma-norma yang berlaku, bahkan agama pun tidak pernah berubah stigma-nya terhadap tattoo.

Apabila saya berhadapan dengan generasi 70-90 -an yang bertattoo, maka saya akan memberi hormat. Karena saya paham alasan mereka membuat tattoo, karena sebagian dari mereka telah menjadi korban yang dikenal dengan istilah "PETRUS" alias mati ditembak karena tattoo.

Apabila saya berhadapan dengan kaum Yakuza atau suku dayak yang ber-tattoo maka saya akan memberikan hormat. Karena melalui tattoo2 tersebut, saya bisa mengetahui derajat orang tersebut. Atau cerita yang ingin disampaikan.

Tetapi beda, apabila di mall bahkan di gereja saya melihat orang - orang pamer tattoo, maka saya akan tertawa terbahak-bahak. Mentertawakan kebodohan mereka, kalau mau keren kok pakai menyakiti badan sendiri? Karena kebanyakan dari mereka adalah orang - orang pengecut, yang ingin dianggap sebagai jagoan, cari jalan pintas agar diperhatikan dan disegani.

Seperti orang - orang yang sakit jiwa, hanya u dibilang cool mau menyakiti diri sendiri. Tetapi jangan meremehkan hal ini, karena tattoo terus terang bikin kecanduan. Saya pribadi sering tergoda untuk menambah tattoo di tubuh saya untuk menandai setiap peristiwa penting dalam hidup saya. Syukurlah, masih belum kesampaian. Entah nanti kelak kalau sudah punya anak, saya ingin melukiskan wajah anak - anak kecil di tubuh saya, sebagai penanda cinta terhadap anak - anak :)

Mereka yang mengerti tattoo, tidak akan memamerkannya. Di tempat ibadah, mereka akan menutupinya. Di hadapan keluarga mereka akan menutupinya. Karena mereka mengerti bahwa: nilai - nilai agama tidak ada yang mendukung mengenai tattoo. Karena mereka mengerti norma - norma yang berlaku di masyarakat masih tetap sama mengenai tattoo.

Patut dicermati mengapa generasi sekarang banyak yang mentattoo tubuhnya dan memamerkannya.

Ini terjadi karena "bujuk rayu kata - kata manis" mengenai tattoo. Bujuk rayu yang bisa mengikis habis Iman seseorang dan menipiskan nilai-nilai norma yang hidup dalam dirinya. Dan mengganggap tattoo adalah hal yang wajar. Bagian dari pernak - pernik dunia modern, keren dan cool. Dijelaskan prosesnya seperti apa sehingga lama - kelamaan kita akan bisa menerimanya.

Bujuk rayu kata - kata manis, memang berbahaya.

Tattoo adalah seni, katanya. Maka patut direnungkan mengapa untuk alasan seni dan keindahan harus menyakiti diri sendiri?

Sulit membayangkan seorang Manager memamerkan tattoo nya di Perusahaan yang benar. Kecuali perusahaan tersebut bergerak di bidang entertainment mungkin? Jadi apakah ada karir u orang bertattoo di militer? Pemerintahan? Atau Perusahaan Swasta? Atau di Gereja? Sejauh yang saya pahami, tidak ada selama di Indonesia. Rasanya belum pernah melihat Direktur, Jenderal, atau politikus yang bertattoo.

Sehingga, apabila saya sulit membayangkan seni yang menyakiti tubuhnya maka lebih sulit lagi bagi saya untuk memahami kesombongan memamerkan tattoo.

Dan lebih sulit lagi bagi saya untuk dapat mengganggap hal itu wajar.

Contoh lain:
Walau bagaimana pun, saya tidak pernah antipati dengan orang - orang yang mentattoo dirinya sendiri dengan alasan fashion :) It's ok. Karena manusia memiliki apa yang disebut dengan free-will atau kehendak bebas. Tidak antipati tetapi bukan berarti menyetujui. Sama halnya saya juga tidak antipati dengan kaum homo asal selama mereka tidak dekat - dekat dengan diri saya, ngeriiii :)

Juga mengenai alkohol, karena kita semua sudah mengerti bahwa alkohol itu tidak baik. Tetapi karena tidak enak dengan lingkungan, maka kita mulai mencoba - coba meminum alkohol yang ditawarkan. Beer misalnya, yang dibubuhi dengan kata - kata "ini tidak memabukkan kok!" "kadar alkoholnya rendah kok". Ini cocktail kok, cocktail kan ada buah - buahnya. Padahal cocktail itu biasanya terbuat dari minuman beralkohol berkadar tinggi, dicampur dengan air dan dibubuhi berbagai macam buah - buahan. Sepintas nampak seperti minuman es buah .. rasanya pun enak, tidak membuat mual. Tapi yang pasti membuat kita kehilangan kesadaran dan .. jadi deh! ....

Rasanya bagaimana gitu, kalau lagi kumpul sama teman - teman dan tidak mengikuti apa yang mereka makan dan minum. Ada perasaan tidak enak, takut dibilang kampungan a.k kamsupai, sungkan, malu dan mungkin di bawah alam sadar kita pengen juga sih nyoba, kayak apa sih rasanya. Ahhh sedikit saja kok .... ahhh minumnya kan bareng - bareng, ahhh mereka kan teman - teman saya dst -nya.

Yang namanya anjuran, larangan, aturan, undang - undang emang enaknya sih dilanggar :)

Penutup:
Harapan saya, semoga kita semua diberi kejernihan berpikir sehingga tidak termakan oleh bujuk rayu manisnya kata - kata yang dapat merubah persepsi kita.

Semoga selama kita ditinggal di Jakarta, mata kita tidak disilaukan oleh gemerlap lampu - lampu papan reklame. Pameran kemewahan dan kenyamanan, hal - hal yang tidak lazim yang dipertontonkan di depan umum. Sehingga lama - kelamaan menggerus Iman kita dan menggoyahkan norma - norma yang kita miliki sehingga kita menerima hal tersebut sebagai hal yang wajar dan lebih parahnya ikut - ikutan. Semoga kita tidak berubah dan kehilangan jati diri. Tidak terpengaruh oleh lingkungan kerja kita, dengan budaya korupsi. Tidak mudah menepis godaan uang :)

Lebih baik bilang tidak sekarang, daripada bilang saya menyesal di kemudian hari. Toh pepatah mengatakan Penyesalan selalu di akhir, kalau dimuka namanya pendaftaran. Yang jadi masalah apakah sekarang kita sedang mendaftar untuk menyesal (baik dengan kesadaran sendiri atau tanpa kita sadari) ?

Hanya berbagi cerita dan contoh saja.

Hehehehehehehe


Salam,
Virgani Dhirgacahya

Epitaph: Cinta dan Pengorbanan

Cinta dan Pengorbanan

Cinta memang butuh pengorbanan....

Ngorbanin waktu kita u/ menemaninya, menemaninya belanja sampai kaki kita gempor, menemaninya menjelajahi dunianya

U/ babak belur pasang badang,
U/ buka dompet sampe kering kalau perlu kuras tabungan,
U/ melupakan kesenangan / kebutuhan diri kita sendiri,
Intinya ngeduluin maunya dia dah.

Tapi ada 2 hal yang ngak harus dan HARAM untuk kita korbankan, yaitu: Agama (Tuhan) dan Harga Diri kita.

Jangan atas nama cinta, lantas kita berpaling dari Wajah-Nya
Jangan atas nama cinta, lantas harga diri kita begitu saja diinjak - injak....... Entah oleh teman - teman -nya maupun terutama oleh Keluarga -nya

Harusnya atas nama Cinta, Iman kita dikuatkan,
Harusnya atas nama Cinta, harga diri kita dijaga dan bahkan kalau perlu ditinggikan.

Wednesday, November 20, 2013

Epitaph: Kritikus

Kritikus paling jujur adalah hati nurani kita.

Sudah itu saja, singkat dan padat.

Gara - gara bosan melihat photo yang di-upload di -facebook. Dan bingung bagaimana mau komentar lagi, tapi nama saya di-tag disitu.

Karena komentarnya sudah bagus semua "Mantaf" "Luar biasa" "Tonalnya asik" "Komposisinya luar biasa" "Tajam" dlsbg -nya.

Sampai terkadang mau menangis sendiri baca komentar - komentar seperti itu, apakah ada yang salah dengan mata saya ?

Monitor saya ?

Jadi mending milih diam saja.

Tuesday, November 19, 2013

Epitaph: THINK TWICE, AND DOUBLE IT IF NEEDED



THINK TWICE, AND DOUBLE IT IF NEEDED


Pada saat kita memutuskan untuk fight terhadap seseorang, sesuatu yang kita anggap benar.


Menyangkut mengenai moral misalnya, atau harga diri dan kehormatan umpama lainnya,


Pastikan! Dan pikir 1000x apabila perlu, apakah seseorang tersebut benar - benar memperdulikan moralnya ? harga dirinya ? atau kehormatannya ?


Sama seperti perumpaan bahwa setiap orang yang jatuh belum tentu mengharapkan uluran tangan kita untuk menolongnya berdiri kembali.

Karena siapa tahu, orang tersebut memang sengaja jatuh ...
Atau menikmati kejatuhannya ....

Think twice! Sebelum kita menghabiskan energi, fokus dan duit kita.


Moral dari yang ingin saya sampaikan adalah:

Jangan terlalu gegabah dengan perhatian kita terhadap seseorang yang kita pikir cukup berharga untuk kita perhatikan.


Ketika kita melihat bahwa seseorang tersebut kita biasanya tergerak untuk mengulurkan tangan kita, melakukan apa saja untuk dapat membantunya.


Belum tentu benar :)


Siapa tahu orang tersebut tidak membutuhkan uluran tangan,

Perhatian kita,

Atau apa pun dalam bentuk apa pun dari diri kita.


Jadi, biasakan lah mengabaikan dan menyelami terlebih dahulu situasinya.


Mungkin ada orang lain yang seharusnya lebih berhak untuk perduli.

Monday, November 18, 2013

Epitaph: Pembukaan

Dear All,

Berbeda dengan biasanya, kali ini saya mencoba membuat satu sub kategori yang berisikan semata - mata hanya tulisan saya.

Tulisan saya mengenai beberapa hal, mengenai kegelisahan saya atau boleh disebut jeritan hati saya hehehehehehe

Semoga menikmati pemikiran ngawur saya.

Salam,
Virgani Dhirgacahya

Friday, November 1, 2013

Part 45: Male Heavy Jumper

Hi,

Sudah lama juga ngak bikin pos baru, sekarang bikin dan topiknya khusus mengenai "Male Heavy Jumper". 

Apaan tuh ? Sedikit contekan dari web:
"Heavy Jumper"
Hyllus diardi (Walckanaer) 1837
One of the largest grown jumpers. More than 1 cm. Black with yellow to golden patches on the abdomen and cephalothorax.

Classification: Family Salticidae, Jumping Spiders 
Habitat/Location: Perumahan Ciomas Hill, Bogor Indonesia. Ditemukan sedang merayap di pohon, dan nampaknya menjadikan pohon sebagai sarang / habita pribadi mereka. Sejauh ini tidak pernah menemukan 2 Heavy Jumper dalam 1 pohon.
Caracter: Over confident. Tidak takut pada manusia atau gerakan tangan menutup. Apabila di-block tangan akan selalu mencari jalan memutar.
Ukuran: Sekitar 1Cm -an
Ciri Khas: Berbulu lebat terutama di bagian kaki


Artinya: Laba - laba yang indah :)

Dah sekarang lihat photo nya saja :)










Semua diambil menggunakan:
* Fujifilm Finepix HS30EXR
* Raynox DCR-250
* External Flash EVO
* DIY Snoot Diffuser
* Manual Mode

Alasannya : Mereka mahluk yang cantik, detail yang ditampilkan via mode Manual, Macro On. Terutama matanya yang bulat besar :)

Salam,
Virgani Dhirgacahya