Monday, November 25, 2013

Epitaph: Kelas Katekumen

Gara2 ikut katekumen secara intens, ngunjungin biara Canossa segala kok ya jadi banyak dapat pencerahan :)
"Dalam Nama Bapa dan Putera ...... dan Roh Kudussssss"
"Amieeeeeeeennnn" ... para umat menyahuti sapaan tersebut
Kemudian disambung lagi dengan sapaan
"Selamat pagi saudara - saudari ku yang terkasih" ....

Itu adalah sapaan pembuka misa setiap hari Minggu, pembukaan yang apalagi kalau dulu dibawakan oleh Rm Maryono (Romo Paroki Gereja SPMR yang sekarang sudah pindah ke Semarang) kok ya bikin hati jadi sejuk nyesssss.... Paling sebel kalau sapaan sakral pembuka misa tersebut dibawakan oleh Romo yang suaranya cempreng atau datar ... garing lah istilahnya.

Hampir - hampir mau menangis, begitu sederhana sapaannya .. dilantunkan dengan suara yang khas dan nada yang khas plus mata mengantuk si Rm Maryono. Bikin hati tergetar setiap kali mengikuti misa.

Sering tanpa sadar ditempat kerja atau di kedai saya suka menirukan sapaan tersebut, dan suka diketawakan sama Ibu Suparingin yang cengar - cengir melihat tingkah laku saya. Gpp, orang ngak ngerti apa yang saya rasakan .. nikmatnya mendengar sapaan tersebut.

Begitu dalam maknanya, bagi saya pribadi. Entah bagi orang lain.

Ada lagi yang saya suka dari Misa Ekaristi (moga - moga ngak salah istilahnya), yaitu ketika pembacaan Kitab Suci oleh Romo sudah selesai. Kalau ngak salah sambil mengacungkan Kita Suci yang besar itu tinggi - tinggi di atas kepalanya si Romo ngomong:

"Inilah injil Tuhan........."
"Berbagialah mereka yang mendengar dan tekun melaksanakannya"

Lagi - lagi mau nangis, mengingat betapa sering saya menyepelekan hal - hal yang ada dalam Kitab Suci tersebut. Atau hanya sebatas menjadi pajangan status di FB atau di BB atau kurang lebih, seringnya cuman numpang lewat doank. Sering kali dibiarkan berdebu dan tergeletak begitu saja.

Bener juga ya, kalau didengar dan tekun dilaksanakan pasti membawa keselamatan.

Makanya pikir punya pikir, dari jaman nenek moyang kita kesana kemari nenteng tablet dari batu made in Cisadane (asal batunya), nulis di atas batu sampai sekarang nenteng tablet made in China, sumber penyesalan cuman ada 4:
1. Tidak mendengar,
2. Mendengar tetapi tidak memahami,
3. Memahami tetapi tidak menerima,
4. Menerima tetapi tidak melaksanakan,

Oleh karena itu di militer ada jargon atau teriakan "Siap Ndan!!! Dimengerti, diterima dan dilaksanakan!" sambil dada dibusungkan sepenuhnya dan berteriak sekencang - kencangnya ... terkadang sampai muncrat air liurnya untung si Komandan rada jauh berdirinya, untuk menunjukkan kesungguhan / kebulatan tekad.

Nyesel itu emang selalu belakangan, katanya kalau dimuka namanya pendaftaran.

Masalahnya sekarang kita lagi berada di posisi mendaftar untuk menyesal -kah ?

Padahal di setiap misa sudah diingatkan ... Moga - moga ngak jadi seperti saya, yang rasanya telaaaaat sekali untuk menyadari keindahan tersebut. Moga - moga Tuhan masih mau denger saya ....

Berbahagialah mereka yang tumbuh dengan orang tua yang lengkap dan keluarga besar yang hangat, dalam Iman Katolik. Sungguh! saya iri dengan mereka ... tapi semoga saja tidak terlambat bagi saya pribadi untuk ikutan bertumbuh.
GBU

Salam,
Virgani Dhirgacahya

No comments:

Post a Comment