Thursday, February 21, 2013

TORAJA - Part IV: Sejarah Kopi Toraja

Sebelumnya mari kita mengenal sedikit sejarah tentang Kopi Toraja, tentang bagaimana tanaman kopi tersebut masuk ke Daerah Toraja dan lalu berkembang menjadi salah satu ikon. Ngomong - ngomong Kopi Toraja sempat dinobatkan sebagai Queen Of Coffee loh.

Tulisan di bawah ini saya sadur dari sebuah blog, dimana tulisan tersebut saya nilai sangat lengkap menyajikan informasi mengenai sejarah Kopi Toraja. Silahkan dinikmati.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Sejarah Kopi TorajaDi wilayah Indonesia, kopi mulai ditanam pada abad ke-17 dan ini untuk diminum oleh kalangan atas orang Belanda. Pada zaman penjajahan tentara Jepang, pihak Jepang mencoba membuka perkebunan kopi di Toraja namun gagal. Dengan demikian, kopi Toraja hilang di pasar sejak zaman Perang Dunia Dua.

Sesudah perang, seorang Jepang, Mr. Oki, presiden perusahaan perdagangan kopi, mendengar adanya kopi yang bagus di Toraja namun sudah punah. Dia bermimpi membuat ulang kopi Toraja lalu memutuskan untuk mencari bibit-bibit kopi Toraja. Mr. Oki dan timnya datang ke Toraja pada sekitar tahun 1970 dan terus mencari bibit kopi di wilayah pengunungan dengan kuda atau jalan kaki selama satu bulan lebih. Berbagai kesulitan dihadapi oleh mereka. 

Akhirnya, mereka menemukan beberapa bibit kopi dan mencoba mengembangkannya kembali dan secara pelan-pelan memperbanyak bibitnya. Lalu, mereka bermimpi membuka lahan untuk membuat perkebunan kopi Toraja yang akan diekspor ke pasar dunia.

Mr. Seino, orang Jepang yang baru masuk perusahaan Mr. Oki pada tahun 1976, langsung ditunjuk sebagai utusan pembukaan perkebunan kopi karena dia pernah bekerja di Lampung pada 1971-1973. Memang, ini pertama kali ia ke Toraja. Pada waktu itu, jalan dari Makassar ke Toraja pun sangat buruk. Setiba di Toraja, tidak ada apa-apanya. 


Mr. Seino harus mulai dari nol, termasuk dalam berkomunikasi dengan masyarakat Toraja, tempat tinggal, dan kantor. Apalagi, kemampuan Bahasa Indonesianya tidak bagus. Penentuan lokasi perkebunan kopi juga mengalami berbagai kesulitan. Memang, waktu itu, PT Toarco Toraja sudah didirikan sebagai PMA antara pihak Jepang dan pihak Indonesia (perusahaan TNI), Mr. Seino bukan sendirian tetapi dukungannya tidak cukup.

Sesudah menentukan lokasi perkebunan kopi, muncul masalah lagi. Belum ada jalan sampai ke lokasinya. Mr. Seino meminta pihak pemerintah daerah setempat untuk membuat jalannya namun ditolak. Apa boleh buat, Seino harus memutuskan membuat sendiri jalan tersebut yang jaraknya 6 km sampai ke bukit Gunung Padamaran di atas. Kopi Arabika bisa berbuah jika ketinggiannya di atas 800 meter. 


Makin tinggi lokasinya makin bagus kopi Arabikanya. Kondisi saat itu tentu sulit. Semuanya hutan termasuk lokasi rencana perkebunan kopi itu dan jalan sambungannya. Dengan berbagai kesulitan, akhirnya perkebunan kopi di atas ketinggian 1000 meter dan jalan 6 km sampai ke perkebunan diselesaikan. Jalan pegunungan ini dinamakan Jl. Seino, satu-satunya jalan yang bernama orang Jepang di Indonesia.

Mr. Seino bekerja di Toraja sebagai kepala perkebunan kopi yang pertama pada 1977-1984, dan sekali lagi pada 1989-1993. Sesudah kembali ke Jepang, Mr. Seino tetap bertugas sebagai pengawas perkembangan perkebunan kopi di Toraja.



Namun, Mr. Seino merasa belum puas tugasnya itu. Dia selalu menyesal karena merasa belum cukup membalas sesuatu terhadap hati baik dan bantuan dari masyarakat Toraja. Setiap hari, dia pikir apa yang bisa ia berikan kepada masyarakat Toraja yang sangat membantu untuk kegiatan perusahaan kopi tempatnya bertugas. 

Mr. Seino memcoba belajar teknik khusus penggalian sumur air yang bernama "Kazusa Bori" (penggalian sistem Kazusa. Kazusa adalah nama kuno daerah Chiba Selatan di Jepang), karena banyak masyarakat Toraja kesulitan akses air bersih. Namun, karena usianya dianggap sudah tua dan terasa tidak kuat badannya, Mr. Seino memutuskan tidak bisa lanjut belajar Kazusa Bori. Mr. Seino mencari upaya yang lain untuk mengembalikan sesuatu kepada masyarakat Toraja.


Kebetulan, seorang professor dari suatu universitas swasta menawarkan pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan buangan kulit kopi dan percobaannya berhasil. Maka, Mr. Seino ingin menerapkan pembuatan kopi organik di perkebunan kopi PT Toarco Toraja. Selain itu, Mr. Seino memikirkan penanaman pohon sebagai shade tree buat penanaman kopi para petani (catatan: PT Toarco Toraja lebih banyak membeli kopi dari mpetani daripada produksi di perkebunan sendiri), dikaitkan dengan pendirian pabrik pengelolaan kayu sebagai sumber penghasilan petani dengan pembabatan shade treenya jika sudah besar. 
Mr. Seino bermimpi menghijaukan Toraja dengan kaitan produksi kopi yang ramah lingkungan, tanpa menyulitkan penghasilan petani. 

Mr. Seino adalah potret orang Jepang biasa. Hanya saja, dia mencintai Toraja dan masyarakat Toraja daripada siapa pun di Jepang. Pada 31 Oktober 2008, Mr. Seino akhirnya menutup usia sesudah hidupnya selama 65 tahun karena kanker liver. 

Sambil merasa minta maaf kepada masyarakat Toraja karena dia tidak bisa cukup mengembalikan sesuatu yang berguna terhadap hati baik dan bantuan masyarakat Toraja selama ini. Meninggalkan mimpi dan keinginan besar untuk Toraja kepada kita semua.




link: http://binkverbeck.blogspot.com/2012/11/kopitoraja-minuman-bersejarah.html
sumber: Torajacybernews

---------------------------------------------------------------------------------------------


Semua tulisan dan gambar dikutip dari blogspot tersebut di atas. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi penulis dari artikel tersebut di: http://www.blogger.com/profile/03217675575826321654

Salam,
Virgani Dhirgacahya

No comments:

Post a Comment