Monday, February 18, 2013

TORAJA - Part II: Yakobus Lele dan Adolfina

Hi,

Melanjutkan sejarah Toraja sebelumnya, sekarang mari kita lihat cerita dari satu keluarga Toraja.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Ayah saya adalah seorang yang kuat, tabah dan jarang tersenyum. Tetapi kami tahu bahwa beliau sangat menyayangi keluarganya. Namanya adalah Yacobus Lele, lahir pada tanggal 20 April 1949 di sebuah kampung Deri Parinding Tana Toraja. Hobby yang amat disukainya adalah menonton bola, bilamana di TV ada pertandingan bola maka dapat dipastikan kami harus mengalah. 
Selain sebagai petani kopi, beliau juga bekerja sambilan sebagai pedagang kopi dan sekaligus pernah menjadi karyawan di PT Toarco Jaya. Dan terakhir pernah menjadi PNS Dinas Perkebunan.

Ada yang menarik dengan nama "Lele" yang dalam bahasa Toraja berarti berpindah - pindah. Dimana nama tersebut melekat pada nama Yocobus sebagai nama kecil, dikarenakan sewaktu kecil orang tuanya sering berpindah - pindah tempat tinggal.

Mama, adalah wanita tercantik di Toraja, lahir tanggal 12 Oktober 1964 di Pulio (dulu Kec. Rinding Allo/sekarang jadi Buntu Pepasan). Beliau pernah bekerja di PT Toarco Jaya dan sekarang beliau menjadi PNS DikNas dengan jabatan sebagai Bendahara. Satu hal yang menonjol dari beliau adalah sifat uletnya selain sifat bawelnya. Sayangnya satu hal yang Mama, Adolfina Songgobulaan, tidak kuasai dengan baik adalah memasak.

Berdua mereka menikah pada tahun 1982, dan dikarunia 7 orang anak (4 perempuan dan 3 lelaki). Saya adalah anak tertua.

Menikmati saat - saat kebersamaan di ruang tamu rumah kami. Rumah kami sendiri terletak di Desa Londong Biang, Kecamatan Sesean. Yang dapat ditempuh dari Makassar dengan waktu tempuh sekitar 7 - 8 jam.

Tidak jauh dari rumah kami berdiri kantor PT Toarco Jaya, saya masih ingat ketika saya kecil, begitu dekat dan akrabnya kehidupan kami sekeluarga dengan kopi. Dan saya sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan memunguti biji kopi untuk dijual kembali. Atau bergegas pergi ke kebun kopi untuk memetik buah kopi yang sudah matang.

Salah satu hal yang menguntungkan dengan kehadiran dan kedekatan rumah kami dengan PT Toarco Jaya, adalah sedari kecil kami sudah di-edukasi untuk pengolahan biji kopi yang baik.

Pada masanya, orang tua saya cukup tersohor sebagai salah satu pedagang biji kopi sekaligus penyuplai biji kopi ke Toarco Jaya.

Beliau, dengan segala pengalamannya, sudah dapat membedakan kopi berdasarkan biji hijaunya.

Oh ya, mama saya juga sudah terbiasa menggoreng biji kopi sendiri secara tradisional (menggunakan wajan). Dan beliau tidak dapat meminum kopi hasil gorengan orang lain ... terpikirkan nanti bagaimana kalau diajak ke Jakarta dan nongkrong di cafe ?

Tempat saya lahir mungkin lebih tepatnya disebut daerah pegunungan, dengan curah hujan tinggi dan suhu rata-rata yang bisa bikin gemeletuk. Kiri kanan depan belakang didominasi dengan pemandangan perbukitan ....






Tanaman kopi yang tumbuh di sekitar rumah




Salah satu adik saya di halaman depan rumah
Menyenangkan, apabila lagi iseng kita biasa main ke hutan yang tidak jauh dari rumah ...




7 bersaudara, tidak terhitung setiap hari kami berkelahi. Sampai tukar tinju atau kejar - kejaran, tapi tetap Toraja bikin kangen pengen pulang. Kalau sudah di rumah, rasanya paling nikmat bangun jam 11 siang dan mandi jam 12 siang hehehehehehehe

Pernah juga saya dikurungin pakai kandang ayam ... yang artinya bandelnya sudah keterlaluan jadi dihukum dikurungin.

Pemandangan Alam Toraja yang selain didominasi oleh pegunungan, juga banyak dihiasi oleh persawahan dan batu - batu besar.





Lalu di antara rumah - rumah, terhampar persawahan dan kebun - kebun kopi tradisional. Terkadang sampai di pinggir jalan pun ada tanaman kopi!








Umumnya rumah orang Toraja terbuat dari kayu dan berupa rumah panggung. Tidak selalu orang Toraja itu tinggal di Tongkonan loh! Tapi yang pasti, setiap anak Toraja yang lahir dan besar disana sudah akrab dengan alam. Dengan udara dingin dan sejuk.

Yuk ngintip sedikit ke dalam rumah saya:



Rasanya menyenangkan loh tinggal di dalam rumah dengan lantai kayu. 
---------------------------------------------------------------------------------------------

Next, kita akan lanjutkan dengan komoditas kopi. Tentang bagaimana biji kopi dikumpulkan, lalu bagaimana caranya kopi - kopi tersebut diproses sampai dengan siap dikirim ke Jakarta.

Salam,
Virgani Dhirgacahya

No comments:

Post a Comment