Sunday, December 1, 2013

Epitaph: PIN Baru ku

Dear All,

Demam BBM telah tiba!!!

Begitu RIM mengumumkan bahwa program messenger mereka (BlackBerry Messenger atau BBM) telah di-port (dibuka) untuk Android dan IOS (Apple) maka berbondong - bondong orang men-download program tersebut dan menginstall di gadget mereka.

Kemudian, tiba lah bagian serunya, muncul broadcast berkali - kali mengenai:
"PIN ini 2xxx-xxx sudah tidak aktif, harap dihapus. Dan add pin baru saya 7-xxx-xxx"

Cuman bisa nyengir baca broadcast - broadcast seperti itu. Apabila:
1. Contact di BB -mu itu penting, kenapa harus semua contact tersebut yang meng-add PIN kamu ? Belum tentu bagi orang lain PIN kamu itu penting. Kecuali kalau kamu Presiden atau artis :)

Kalau memang penting makna contact tersebut, ya di-add donk sendiri donk.

2. Sebagai teknologi, BB sudah menyediakan fasilitas backup Contact dan Restore Contact. Mudah dipahami serta berjibun contoh dan manual / tutorial -nya di Internet. Mampu beli gadget baru seperti Android dan IOS (Apple) sewajarnya lah diharapkan dapat mengerti mengenai apa itu Backup dan Restore.

Sama analoginya mampu beli MacBook Air atau Ultrabook tapi ngak ngerti cara copy-paste ... ya mending diganti pakai buku tulis + pensil dan penghapus saja.

Kalau ora mudeng juga, dapat meminta bantuan ke toko HP sebelah.

Kalau masih ngeyel ngak ngerti caranya Backup dan Restore di BB, mbok ya itu BB diganti ulekan pecel saja.

Emang ngak kepikiran kalau seandainya terjadi sesuatu dengan BB -mu, yang mengakibatkan kehilangan seluruh contact, appointment, calendar dan hal lainnya yang penting. Sehingga harus menyepelekan masalah backup dan restore ?

Mmmm kecenderungan untuk malas, menempatkan orang lain dibawah kita / mengganggap diri kita (PIN) kita penting sehingga orang - orang harus meng-add ke dalam BB kita ...... menarik untuk diketawain :)

Salam,
Virgani Dhirgacahya


Friday, November 29, 2013

Epitaph: Damai Dan Pengampunan

Hari ini mendapatkan banyak sekali hal-hal / pelajaran yang terkait dengan Damai, berdamai, mendamaikan dan pengampunan.

Yang aku pahami adalah damai dan pengampunan diberikan kepada mereka yang mau memahami dan mengakui kesalahannya.

Bukan diberikan begitu saja.

Harus ada keterlibatan kedua belah pihak, yang mau memberikan dan yang meminta/membutuhkan.

Yang membutuhkan tidak dapat memaksa untuk diberikan, apabila yang memberikan merasa masih belum tuntas.

Kata maaf adalah penutup, bukan segalanya. Alangkah baiknya apabila maaf diucapkan setelah "memahami", "mengerti", "menerima" dan "melaksanakan" apa yang menjadi pokok permasalahan.

Maaf tanpa "memahami", "mengerti", "menerima" dan "melaksanakan" adalah tidak berarti. Tidak tulus, dan tidak bermakna apa pun.

Orang sering salah mengartikan, ketika terjadi masalah secara spontan sering terucap kata "maaf". Kata yang dilontarkan secara spontan tersebut atau bahkan dari hasil perenungan sesaat tidak lah selalu positif hasilnya, tanpa dibarengi "ketulusan" dan "pemahaman" mengapa harus melontarkan kata "maaf" tersebut.

Orang sering mengganggap begitu kata "maaf" dilontarkan maka seluruh permasalahannya menjadi selesai pada saat itu juga, dan harus dilupakan selamanya.

Lebih cilaka lagi adalah apabila kata "maaf" tersebut dilontarkan ketika telah berada pada posisi "tersudut" atau "terdesak" setelah beberapa waktu, setelah terjadi adu argumentasi. Karena tanpa disadari setiap orang memiliki "ego" untuk "merasa benar" dan memiliki kecenderungan untuk "mempertahankan diri".

Dalam kata "maaf" terkandung pengertian "mengaku" atau minimal "merasa" bersalah. Tidak semua orang dapat merendahkan dirinya dengan "mengakui" atau bahkan "merasa" bersalah.

"Maaf" tanpa kata-kata "tapi" atau "maaf" setulusnya adalah obat paling mujarab.

"Maaf" tanpa ketulusan adalah sebuah kesia-siaan.

Memperlebar masalah menjadi berlarut-larut akan mempersulit "maaf" yang paling tulus sekali pun.

Dengan "maaf" yang dibarengi ketulusan, dipahami apa kesalahannya, dimengerti mengapa harus meminta maaf, menerima bahwa diri kita bersalah dan dilaksanakan (menyadari) secepat mungkin, maka akan menuntun kita menuju pribadi yang lebih baik. Dan "BERUBAH" pada saat itu juga.

Tidak ada alasan "BERUBAH" membutuhkan waktu, bagi pribadi - pribadi yang telah "memahami", "mengerti", "menerima" maka akan "melaksanakan" pada saat itu juga.

Pengampunan dan damai adalah hal indah, bagi seseorang yang berada pada posisi memberikan pengampunan dan damai alangkah eloknya bila tidak terjebak pada perasaan "menang" dan sama - sama mau memberikan pengampunan dan damai atau menerima "maaf" yang tulus secara tulus juga, pada saat itu juga.

Ego merasa benar dan berada pada posisi benar, adalah merupakan perasaan menyenangkan yang sulit untuk dipahami, seringkali menghambat kita untuk dapat memberikan pengampunan dan berdamai.

Indahnya meminta maaf,
Indahnya memaafkan,
Indahnya pengampunan,
Indahnya berdamai.

Tetapi ingatlah, ketika maaf dan memaafkan telah dilakukan masih ada konsekuensi atau tanggung jawab kedua belah pihak yang tidak dapat dihindarkan.

Memaafkan bukan berarti mengganggap masalah itu tidak pernah ada, dimaafkan bukan berarti terhindar dari konsekuensi tanggung jawab.

Berat sekali memaafkan secara tulus karena harus berani melupakan. Dan tidak pernah mengungkitnya sebagai hutang piutang.

Berat sekali meminta maaf secara tulus karena harus berani mempertanggung jawab kan. Dan berani untuk tidak mengulanginya lagi.

Memaafkan, meminta maaf adalah proses pembelajaran yang paling berat dalam hidup saya.

Satu hal yang saya sendiri tidak yakin, apakah sudah saya meminta maaf secara tulus? Untuk setiap kesalahan yang pernah saya lakukan? Atau kah masih terselip pembenaran di dalamnya?

Apakah sudah saya memaafkan secara tulus? Atau lebih memilih untuk memelihara perasaan senang di dalam hati melihat orang bersalah?

Jakarta, 6 Oktober 2013.

Thursday, November 28, 2013

Epitaph: Menikah lah!

Ada banyak cerita haru biru mengenai drama percintaan, yang lebih sering berakhir dengan derai air mata kesedihan dan penyesalan daripada derai air mata kebahagiaan.

Orang bijak sering mengatakan: Menikah lah, dengan seseorang yang mencintai diri kita. Jangan lah menikah dengan seseorang yang kita cintai.

Pengalaman hidup banyak orang dapat diambil inti sarinya mengenai pasangan hidup kita:
* Temukanlah pasangan hidup yang se-Iman,
Karena dengan Iman yang sama, maka segala permasalahan yang mungkin kelak akan kita temui akan menjadi lebih mudah disatukan dalam bahasa doa yang sama

* Temukanlah pasangan hidup yang dapat merubah kita menjadi lebih baik. Dari seorang pemalas menjadi seorang yang rajin, dari seorang yang meninggalkan Tuhan menjadi seseorang yang rindu akan Tuhan,

Karena sering kali dalam proses mencari pasangan hidup, seseorang akan tertarik kepada kita karena segala hal yang melekat pada diri kita yang bersifat phisik. Dan membutakan mata nya terhadap kelemahan dan keburukan kita. Cari lah seseorang yang berani dan jujur mengatakan kelemahan kita apa, dan memberikan solusi agar kita menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lah terpukau pada seseorang yang hanya mencintai kulit kita, karena kulit kita suatu saat akan layu. Mereka yang menyukai kulit kita cenderung akan menjauhkan kita dari keluarga kita, cenderung akan mendiamkan segala keburukan kita

* Temukanlah pasangan hidup yang mau menerima diri kita dan keluarga kita, dengan segala kebaikan dan keburukan yang melekat pada diri kita maupun keluarga kita,
Tanpa disadari pasangan hidup kita adalah seseorang yang akan mendampingi kita seumur hidup sesuai dengan Janji Pernikahan agama Katholik.

Dalam proses mengarungi perjalanan hidup tersebut, tidak akan terlepas dari masalah yang timbul dari kedua belah pihak keluarga. Entah itu anggota keluarga yang cacat, mengalami musibah dan hal - hal buruk lainnya.

Mau memperjuangkan keluarga kita untuk mendapatkan nama dan tempat yang lebih baik di masyarakat, karena kita adalah mahluk sosial yang hidup bermasyarakat.

* Temukanlah pasangan hidup yang mau diajak berbagi, terutama berbagi masalah.
Terutama masalah keluarga kita, yang mau jungkir balik ikut memikirkan dan mencari solusi untuk setiap masalah yang dihadapi oleh keluarga kita,

Jangan sekali - kali mencari pasangan hidup yang hanya mengajak kita untuk bersenang - senang saja, karena hidup bukan lah hanya bersenang - senang saja

Lebih sering hidup ini lebih banyak adalah penderitaan dan perjuangan

* Temukanlah pasangan hidup yang menjaga harga diri kita,
dan kalau perlu meninggikan harga diri kita. Berani memperjuangkan diri kita, bahkan pada saat terpuruk sekali pun berani pasang badan, bukan malah bersembunyi atau berpura - pura mengalah demi cinta walau pun sebenarnya yang terbaca adalah sikap yang pengecut dan membiarkan diri kita sendiri berhadapan dengan masalah tersebut.

Pasangan yang sejati akan menempuh segala resiko, termasuk berhadapan dengan keluarga kita. Berdiri tegak membela kita.

Apabila kita sedang terpuruk, maka ia akan selalu mendampingi kita dan berdiri di depan kita.

Apabila kita sedang jatuh karena tidak memiliki uang atau pekerjaan, maka ia akan selalu membesarkan semangat kita dan tanpa lelah mengatakan "Kamu pasti bisa!"

Ingatlah, tubuh kita yang sexy .. kulit kita yang halus, kecantikan wajah kita akan tergerus oleh waktu yang kejam. Yang tanpa mengenal perasaan akan memunculkan kerut - kerut di kulit kita, menumbuhkan uban di rambut kita, yang akan membungkuk-kan punggung yang paling tegap sekalipun, yang suatu saat untuk berjalan saja kita akan kesulitan dan bahkan mungkin akan merangkak atau hanya bisa berbaring saja di tempat tidur.

Waktu yang kejam yang akan merubah tubuh kita yang sexy menjadi gemuk dan gendut, yang akan mengendurkan payudara wanita, yang akan mengkusamkan kulit kita yang halus.

Celaka lah! apabila kita menemukan pasangan hidup yang hanya tertarik kepada semua bentuk daging tubuh tersebut. Karena seiring waktu, maka apabila bentuk daging tubuh tersebut berubah maka akan berubah pula lah rasa cintanya dan berpaling kepada daging tubuh yang lebih segar.

Dan berbagia lah, apabila kita telah menemukan sosok seperti itu. Sosok yang berani mengatakan hal - hal yang tidak ingin kita dengar tentang keburukan diri kita,

Sosok yang berani menunjukkan kalau kita salah dan dengan sigap mengulurkan tangannya agar kita tidak semakin jauh terjerumus,

Pada saat berpacaran buka lah mata kita lebar - lebar, dan setelah menikah tutup lah mata kita rapat - rapat. Agar pada saat pacaran tidak terjerumus ke pergaulan bebas karena kita menutup mata kita rapat - rapat

Agar setelah menikah, kita tidak ribut soal pasangan kita. Terutama keburukannya yang tidak tampak karena sewaktu pacaran kita menutup mata kita rapat - rapat.

Berpacaran lah sebanyak mungkin, tetapi menikah lah satu kali. Uji lah dengan banyak masalah sewaktu berpacaran, dan nilai lah harga dari pasangan kita terhadap masalah - masalah tersebut.

Jangan mau mendengar kata - kata manis penuh dengan bujuk rayu sewaktu berpacaran, karena itu akan melenakan kita dan membuat mata kita tertutup dan otak kita terkunci. Dan kita akan membabi buta melihat dunia, orang lain bahkan keluarga sebagai ancaman, sebagai penghalang kita untuk berbahagia. Karena bujuk rayu kata - kata yang manis itu sudah memabukkan kita.

Ingat, segala sesuatu yang manis itu akan memabukkan. Sedangkan segala sesuatu yang pahit itu akan menyembuhkan. Kebenaran dan kehidupan dunia nyata itu amat sangat melelahkan, sedangkan dunia gemerlap dan hura - hura itu selalu menyenangkan. Tetapi dalam segala kepahitan itu tersimpan jalan yang terjal dan berliku - liku tidak ada mulus nya sama sekali, jalan menuju kebenaran. Sedangkan dalam kemanisan selalu tersimpan jalan yang mulus, lebar dan menyenangkan menuju kehancuran.

Ingat, setan selalu membujuk rayu manusia agar tersesat dan menemaninya.

Tuhan memberkati.

Monday, November 25, 2013

Epitaph: Kelas Katekumen

Gara2 ikut katekumen secara intens, ngunjungin biara Canossa segala kok ya jadi banyak dapat pencerahan :)
"Dalam Nama Bapa dan Putera ...... dan Roh Kudussssss"
"Amieeeeeeeennnn" ... para umat menyahuti sapaan tersebut
Kemudian disambung lagi dengan sapaan
"Selamat pagi saudara - saudari ku yang terkasih" ....

Itu adalah sapaan pembuka misa setiap hari Minggu, pembukaan yang apalagi kalau dulu dibawakan oleh Rm Maryono (Romo Paroki Gereja SPMR yang sekarang sudah pindah ke Semarang) kok ya bikin hati jadi sejuk nyesssss.... Paling sebel kalau sapaan sakral pembuka misa tersebut dibawakan oleh Romo yang suaranya cempreng atau datar ... garing lah istilahnya.

Hampir - hampir mau menangis, begitu sederhana sapaannya .. dilantunkan dengan suara yang khas dan nada yang khas plus mata mengantuk si Rm Maryono. Bikin hati tergetar setiap kali mengikuti misa.

Sering tanpa sadar ditempat kerja atau di kedai saya suka menirukan sapaan tersebut, dan suka diketawakan sama Ibu Suparingin yang cengar - cengir melihat tingkah laku saya. Gpp, orang ngak ngerti apa yang saya rasakan .. nikmatnya mendengar sapaan tersebut.

Begitu dalam maknanya, bagi saya pribadi. Entah bagi orang lain.

Ada lagi yang saya suka dari Misa Ekaristi (moga - moga ngak salah istilahnya), yaitu ketika pembacaan Kitab Suci oleh Romo sudah selesai. Kalau ngak salah sambil mengacungkan Kita Suci yang besar itu tinggi - tinggi di atas kepalanya si Romo ngomong:

"Inilah injil Tuhan........."
"Berbagialah mereka yang mendengar dan tekun melaksanakannya"

Lagi - lagi mau nangis, mengingat betapa sering saya menyepelekan hal - hal yang ada dalam Kitab Suci tersebut. Atau hanya sebatas menjadi pajangan status di FB atau di BB atau kurang lebih, seringnya cuman numpang lewat doank. Sering kali dibiarkan berdebu dan tergeletak begitu saja.

Bener juga ya, kalau didengar dan tekun dilaksanakan pasti membawa keselamatan.

Makanya pikir punya pikir, dari jaman nenek moyang kita kesana kemari nenteng tablet dari batu made in Cisadane (asal batunya), nulis di atas batu sampai sekarang nenteng tablet made in China, sumber penyesalan cuman ada 4:
1. Tidak mendengar,
2. Mendengar tetapi tidak memahami,
3. Memahami tetapi tidak menerima,
4. Menerima tetapi tidak melaksanakan,

Oleh karena itu di militer ada jargon atau teriakan "Siap Ndan!!! Dimengerti, diterima dan dilaksanakan!" sambil dada dibusungkan sepenuhnya dan berteriak sekencang - kencangnya ... terkadang sampai muncrat air liurnya untung si Komandan rada jauh berdirinya, untuk menunjukkan kesungguhan / kebulatan tekad.

Nyesel itu emang selalu belakangan, katanya kalau dimuka namanya pendaftaran.

Masalahnya sekarang kita lagi berada di posisi mendaftar untuk menyesal -kah ?

Padahal di setiap misa sudah diingatkan ... Moga - moga ngak jadi seperti saya, yang rasanya telaaaaat sekali untuk menyadari keindahan tersebut. Moga - moga Tuhan masih mau denger saya ....

Berbahagialah mereka yang tumbuh dengan orang tua yang lengkap dan keluarga besar yang hangat, dalam Iman Katolik. Sungguh! saya iri dengan mereka ... tapi semoga saja tidak terlambat bagi saya pribadi untuk ikutan bertumbuh.
GBU

Salam,
Virgani Dhirgacahya

Sunday, November 24, 2013

Epitaph: Kelas Macro

IMHO, setelah mengamati banyak photo2 dengan genre MACRO rasanya saya bisa menarik kesimpulan secara pribadi tentunya. Bahwa photograpy macro terbagi dalam beberapa "jurusan" atau "kelas". Dengan gaya bahasa dan istilah sendiri saya coba mengklasifikasian "jurusan" atau "kelas" tersebut. Please welcome any suggestion and or comments.

1. "Jurusan" atau "Kelas" Kuno / kolot. Dicirikan dengan subjek atau POI -nya mendominasi hampir keseluruhan frame. Yang motret seperti ini, senang melihat serangga (pada umumnya) secara keseluruhan atau mendetail

2. "Jurusan" atau "Kelas" Komposisi. Dicirikan dengan subjek atau POI -nya tidak mendominasi frame. Unsur lain ditambahkan seperti misalnya bunga atau ranting atau objek lainnya. Sangat memperdulikan komposisi dan tonal (background) yang dihasilkan. Juga untuk memperkuat komposisi biasanya ditambahkan moment dari si subjek (lagi makan, mating dll).

Kemudian selain "jurusan" atau "kelas" tersebut, ada juga aliran yang cenderung mengikuti gaya si photographer dalam hal menghasilkan photonya. Yang satu lebih seneng blusukan ala Jokowi, entah ke alang - alang dan pekarangan tetangga. Yang satunya lagi lebih senang menciptakan momen yang diinginkan sesuai dengan daya khayal dan imajinasinya. Satu dikenal dengan istilah "Nature" satunya lagi "konseptual".

Secara pribadi, saya mengagumi konseptual. Mengagumi daya imajinasi yang dimiliki oleh mereka dalam hal mereka ulang, baik dari segi environment / lingkungan maupun moment yang diinginkan. Apalagi kalau sampai menggabungkan 2 objek macro (2 jenis serangga berbeda). Belum terpikirkan bagaimana caranya mereka bisa melakukan hal tersebut.

"Jurusan" atau "kelas" terakhir menurut saya adalah Extreme Macro, ini sudah super kolot super kuno dan super mahal peralatannya plus mungkin 99% dilakukan secara konseptual. Contoh photonya sudah jelas, menampilkan bagian anggota tubuh tertentu dari si subjek (umumnya serangga) dengan ketajaman secara merata. Misalnya wajah dari seekor lalat akan terlihat jelas dan tajam sampai ke bagian sunggutnya.

"Extreme Macro" biasanya dilakukan terhadap serangga yang sudah mati, karena akan sulit melakukan focus-stacking terhadap serangga yang masih hidup. Focus-stacking diperlukan untuk menjepret bagian tertentu dari serangga tersebut, misalnya wajahnya, dengan posisi kamera yang tetap tetapi focusnya berpindah - pindah. Menghasilkan puluhan atau ratusan photo yang kemudian akan digabung jadi satu .. dan hasilnya ? Edunnnnn!! cakepnya!! seneng lihatnya, tetapi susah bener bikinnya

Untuk jurusan "kolot" atau "kuno" cenderung photo2nya akan beraneka ragam macam serangga. Tidak memperdulikan moment yang penting dapat mengkoleksi beragam macam jenis serangga (photonya).

Untuk jurusan "komposisi" biasanya POI -nya membosankan, itu - itu saja. Serangga yang umum ngak jauh - jauh dari kupu - kupu .... mantis .... capung ... termasuk capung jarum.

Untuk jurusan "kolot" semakin aneh serangganya semakin memuaskan, ada kepuasan tersendiri menemukan 1 jenis serangga yang belum pernah dipotret. Ada perlombaan menemukan serangga baru ... senang melihat koleksi dari aliran ini, membuka cakrawala dan menambah ilmu pengetahuan. Dari jurusan ini jadi tahu adanya largest planthopper, mantis fly, scorpion fly, lantern bug dst - nya.

Untuk jurusan "komposisi" semakin joss momentnya, semakin bagus tonalnya, semakin indah terlihat akan semakin memuaskan. Jadi bila melihat deretan macro komposisi, kita akan menilai isi frame keseluruhan. POI -nya ? yaitu lagi itu lagi.

Secara iseng, secara pribadi dalam hal menilai macro komposisi komentar saya: bagus ya tonal nya, bagus ya komposisinya, bagus ya rantingnya dst -nya

Apa pun itu, saya pribadi menyukai macro photography. Menyukai serangga, menggagumi kehidupan serangga dan detail dari serangga tersebut yang tidak dapat saya lihat dengan mata telanjang.

Kamera pocket atau KIT pun sudah bisa menghasilkan photo macro kok, asal tidak memaksakan dan jeli memilih objek. Objek berukuran besar (2cm s/d 6cm) seperti robbery fly, belalang, kupu - kupu, capung pasti bagus hasilnya. Dan menjurus ke "kelas" atau "jurusan" komposisi.

Anyway anyhow, seperti halnya kopi .. mau pahit .. mau dicampur susu .. mau dicampur gula, mau manis seperti kolak ... atau bahkan dikasih creamer .. semua sah - sah saja dan masih disebut kopi. Your coffee is your way, your picture is your way too.

Saturday, November 23, 2013

Epitaph: Macro Photography

Photography Macro itu buat saya adalah:

Eksplorasi, menjelajahi tempat - tempat yang baru. Menemukan objek - objek yang baru dan belum pernah saya lihat. Terkadang frustasi kalau gagal menangkap moment. Adrenalin jadi terpacu untuk datang dan datang kembali berharap bertemu lagi dengan objek yang dimaksud dan dapat meng-capture dengan baik (ngak OE, ngak UE, pose OK dlsbg -nya). Menyebalkan dan membosakan melihat pengulangan objek itu lagi - itu lagi.

Interest, apabila bisa menangkap detail dari objek - objek tersebut. Mengabaikan segala hal yang berhubungan dengan tonal dan background maupun komposisi.

Magnification dan sharp detail, mencoba melihat sesuatu yang tidak terlihat. Entah itu bulu - bulu halus, bagian - bagian tubuh tertentu, cakar tersembunyi, yang selama ini dengan mata telanjang tidak dapat terlihat malah lebih sering diacuhkan.

Tantangan, bagaimana mensiasati keterbatasan gear (sensor kecil), bagaimana mensiasati pencahayaan. Bagaimana mensiasati keterbatan.

Belajar, belajar dari photo2 yang masuk ke dalam kriteria saya. Belajar dari senior - senior dengan gear mereka, tehnik mereka, kesabaran mereka, passion mereka. Semangat dan gairah untuk memberikan sesuatu yang baru, sesuatu yang detail. Bukan sekedar untuk mendapatkan apresiasi.

Sharing, terutama soal pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan tentang objek. Bukan tentang gear, bukan tentang tehnik. Karena gear dan tehnik kembali ke selera masing - masing.

Inspirasi, thanks untuk para senior maupun rekan2 yang telah menginspirasi saya. Entah itu dengan ide, tehnik dan terutama dengan penemuan objek - objek baru yang belum pernah saya lihat.

Thanks, untuk para rekan - rekan dan terutama para serius-ers yang telah membimbing saya. Memberitahukan ID dari objek yang berhasil saya temukan. Menambah wawasan dan elmu.

Friday, November 22, 2013

Epitaph: Lugu

“Terhadap sesama manusia, mungkin semua orang, termasuk saya bisa membungkus kemunafikan ke dalam sebuah kemasan yang sangat lugu. Tetapi kepada Allah, siapapun tidak bisa berbohong. "
Dapat kutipan yang bagus, saya lupa sumbernya dari mana.

Jangan bermain - main dengan Tuhan, di duniawi kita dapat membungkus semua kejahatan kita dengan senyum yang manis, muka yang putih bersih, baju bagus, harum parfum semerbak, sopan santun.